MISA TUMBUK AGENG GMKA



Bapa Uskup mendupai replika patung Maria Asumpta sebelum diarak.

Di pelataran patung Maria Asumpta,
Mgr Rubiyatmoko mengawali
perayaan Tumbuk Ageng.
HARI ULANG TAHUN Ke-64 Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) dirayakan tepat pada hari raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga, Rabu, 15 Agustus 2018. Menurut tradisi Jawa, HUT ke-64 disebut TUMBUK AGENG. Disebut demikian, karena dirayakan hari kelahiran 8 windu (8 x 8 tahun). Kata tumbuk ageng berasal dari kata ‘tumbuk’ yang berarti bertepatan, dan ‘ageng’ yang artinya agung.
Tumbuk Ageng GMKA ini ditandai dengan prosesi replika patung Maria Asumpta dari pelataran patung Maria Asumpta menuju Gua Maria Kerep dengan menyusuri Taman Doa GMKA. Replika patung ditandu oleh belasan frater dari Novisiat SJ Girisonta dan Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya Jangli Semarang. Sekitar dua ribuan umat turut dalam prosesi ini. Tampak diantaranya Mgr Robertus Rubiyatmoko bersama 12 imam. 

HUT ke-64 GMKA diawali dengan prosesi lilin dan perarakan patung Maria Asumpta dan perayaan Ekaristi. Mengambil tema ‘Kenya Maria Suhing para Putra’, ribuan umat Keuskupan Agung Semarang mengikuti misa syukur ini. Dan sebelum prosesi ada beberapa tampilan dari SD Pangudi Luhur, gamelan Paroki Atmodirono, orkes Paroki Sambiroto, gerak lagu, paduan suara dan tarian dari papua sehingga menjadikan kesemarakan suasana.

Dalam homili, Mgr Rubi berpesan pentingnya kerukunan dalam kehidupan berkeluarga. Dalam keluarga peran ibu sangat besar dan selalu penuh kasih, dan berbeda dengan bapak yang sering masa bodoh   ilang-ilangan endok siji, sesuk iso gawe maneh,” ucapnya.

Kita tahu peran ibu sangat penting dalam keluarga, maka jangan sampai berani kepada seorang ibu yang melahirkan kita. Dan bapak-bapak jangan macam-macam kepada istri dan seorang ibu. “ Namun yang paling utama bahwa peziarah ke GMKA, untuk berdoa dan harapannya bisa terkabul,” tandas uskup Semarang ini.

  Mgr Rubiyatmoko memberikan homili yang menyegarkan umat.
Perayaan tumbuk ageng GMKA memberikan kesan tersendiri bagi rombongan PUPIP (Paguyuban Umat Pasuduluran Imam Praja) dari Gereja Kristus Raja Ungaran, Chatarina Purhadi Wahyuningsih. Datang bersama rombongan PUPIP yang sejak jam 16.00 sudah hadir dan duduk di barisan depan padahal  misa syukur sendiri dimulai pukul 18.00.

Ekaristi tumbuk Ageng, selain selalu meneladani dan berdevosi dengan Maria. Kotbah Bapa Uskup sangat bagus seolah sampai ke tulang rusuk umat masing masing. “Bahwa kasih ibu memang tiada batas, seperti dicontohkan Maria terhadap Yesus. Dan bagi kita semua,bahwa Maria sebagai tempat curhat umat beriman,” ucapnya.


Sebelum berkat penutup Bapa Uskup berkenan memotong nasi tumpeng yang diserahkan kepada ketua Tim Pengelola GMKA N Alamsjah Djaynurdin. Pemotongan tumpeng dilakukan di depan gua Maria Kerep. Pemotongan tumpeng ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Tumbuk Ageng.
Bapa Uskup memberikan potongan tumpeng kepada ketua TP GMKA N Alamsyah Djaynurdin.

Menutup rangkaian Tumbuk Ageng ini, ketua panitia Yohanes Winarno SN memberikan sambutan dengan mengucapkan beribu terima kasih kepada Bapa Uskup, para imam, serta umat yang hadir.

Ketua panitia Yohanes Winarno SN dibalik sukses acara Tumbuk Ageng

Sehari sebelumnya, Tim Pengelola GMKA mengadakan kenduri dengan mengundang aparat Kecamatan Ambarawa dan perangkat kelurahan serta warga sekitar GMKA. Kenduri dilaksanakan menurut tata cara Islam dan dipimpin oleh KH Ubaidillah. Tak kurang 50 warga menghadirinya. # FX Triyas Hadi Prihantoro / BD Elwin J





Pernik-Pernik Tumbuk Ageng GMKA Dalam Potret


Prosesi patung Maria Asumpta diiringi dengan doa Rosario.

Ribuan umat dengan lilin di tangan melantunkan doa Salam Maria.

Sambil menyanyikan lagu Ave Maria, lilin-lilin diangkat ke atas memuji sang Bunda.

Tumbuk Ageng berpuncak pada perayaan Ekaristi.



 Sehari sebelumnya diadakan kenduri yang dipimpin oleh KH Ubaidillah bersama Camat Ambarawa.

Camat Ambarawa Suratmo SH MH (pramuka) menyerahkan potongan tumpeng
kepada Kepala Sekretariat Kantor GMKA Thomas Happy S.

Gamelan Gangsa Pamarta Paroki Atmodirono Semarang menghibur umat sebelum acara prosesi dimulai.

Anak-anak Papua menampilkan tari Pangkur Sagu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar